Selasa, 14 Juni 2016

Yang aku sebut

    Aku ingat tanpa sengaja mataku menatap matamu pagi itu. Semalaman aku berpikir apa aku jatuh cinta kepadamu? Apa semudah itu hati dijatuhi. Satu pandangan saja dan aku merasa cukup malu. Dua hari kemudian kita bertemu lagi di sekolah, tetapi aku sengaja diam. Bukan karena tidak merasa malu. Jika saja aku berani , ingin ku sapa dirimu. Namun, kita belum akrab . Kita bahkan tidak begitu banyak bertegur sapa.

   Mungkin benar begini , apa yang terasa di hati adalah hal-hal yang ditatap mata. Dan, ia merekamnya hingga diserap pikiran. Lalu, aku menyebutnya cinta. Hal yang sama seperti yang aku rasa. Selepas bertemu denganmu. Semalaman aku menghabiskan waktu berpikir tentangmu. Mengingat-ingat apa yang terjadi, lalu tersenyum membayangkan senyummu. Dan, menyadari betapa indahnya perasaan saat kita jatuh hati.

   Meski sejujurnya aku takut terlalu cepat menyimpulkan. Namun, keyakinan seolah sudah terkumpul. Yang datang pada hati ini adalah yang aku sebut cinta. Yang melekat di benak ini adalah sesuatu yang aku sebut rindu. Di dadaku kini ia tumbuh merimbun dan semakin menimbun perasaan tak menentu. Dan aku mulai percaya, bahwa kau yang hadir bukan perasaan biasa. Aku ingin menjaga apa yang kurasa malam malam yang sunyi. Meski sendiri akan tetap kunikmati.

  Tidak ada yang bisa menerka kapan cinta memilih jatuh pada seseorang. Namun, bukankah saat ini terasa kita selalu punya alasan untuk menjaga? Hanya saja tidak semuanya bisa dikatakan. Meski dikatakan atau tidak, perasaan suka tetaplah perasaan suka. Saat perasaan itu jatuh di hatimu. Kau selalu diberi pilihan. Membiarkan perasaan itu tetap terpendam dihatimu. Atau menyatakannya kepada seseorang yang membuatmu jatuh hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar